Sementara itu Georg Simmel mengatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu sebagai berikut.

1. Kemenangan di salah satu pihak atas pihak lainnya.

2. Kompromi atau perundingan di antara pihak-pihak yang bertikai, sehingga tidak ada pihak yang sepenuhnya menang dan tidak ada pihak yang merasa kalah. Contohnya, perundingan di Helsinki, Finlandia tentang penyelesaian permasalahan Gerakan Separatis Aceh Merdeka (GAM) dengan Republik Indonesia beberapa waktu yang lalu, yang akhirnya mencapai kesepakatan bahwa Nangroe Aceh Darussalam masih menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai. Hal ini akan mengembalikan suasana persahabatan dan saling percaya di antara pihak-pihak yang bertikai tersebut. Contohnya dalam penyelesaian konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia mengenai kepulauan Sipadan dan Ligitan.

4. Saling memaafkan atau salah satu pihak memaafkan pihak yang lain.

5. Kesepakatan untuk tidak berkonflik.


 Dampak Positif  Konflik Sosial : Berikut dampak positif yang ditimbulkan konflik sosial meliputi :

·         Konflik dapat Bertambah kuatnya rasa solidaritas antara sesama anggota kelompok (in group solidarity)
·         Konflik dapat Menciptakan integrasi yang harmonis
·         Konflik dapat Memperkuat identitas pihak yang berkonflik
·         Konflik dapat Menciptakan kelompok baru
·         Konflik dapat Membuka wawasan
·         Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas.
·         Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara angota kelompok.
·         Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau kelompok.
·         Konflik dapat memunculkan kompromi baru.
   Cognitive Conflict (konflik kognitif), yaitu konflik yang timbul apabila para individu menyadari bahwa ide-ide mereka tidak konsisten satu sama lain.
     Affective Conflict (konflik afektif), yaitu konflik yang timbul apabila perasaan atau emosi tidak sesuai satu sama lain